Rabu, 06 Juni 2012

Hasil Wawancara di Wisma Tuna Ganda Palsigunung


Minggu lalu, tepatnya pada hari Selasa tanggal 4 Oktober 2011, saya bersama kedua teman saya yaitu Prianto dan Sinta berkunjung ke sebuah panti penyantunan anak cacat ganda yaitu Wisma Tuna Ganda Palsigunung yang beralamat di Jalan Raya Bogor km. 28,5 Kelurahan Pekayon Jakarta timur.  Wisma tersebut memiliki tujuan untuk menampung, memelihara, merawat serta mnegusahakan rehabilitasi bagi anak-anak penyandang cacat ganda(cacat mental serta fisiknya).  Menurut informasi yang kami dapat, Wisma Tuna Ganda Palsigunung merupakan panti perawatan pertama di Indonesia yang khusus melayani menangani anak-anak penyandang cacat ganda.
Berdasarkan informasi yang berhasil saya kumpulkan bersama teman saya, wisma tersebut saat ini memiliki jumlah pasien rawat sejumlah 31 anak, terdiri dari 19 anak orang laki-laki dan 12 anak perempuan.  Anak-anak tersebut berasal dari masyarakat (orangtua atau keluarga anak yang bersangkutan), rumah sakit, organisasi/instansi/panti social yang lain dan sebagainya dan anak-anak tersebut tidak hanya berasal dari daerah Jakarta dan sekitarnya saja, akan tetapi dari berbagai penjuru Indonesia.
Wisma tuna ganda palsigunung didirikan oleh ibu Romo Gunawan pada tahun1972.  Kebanyakan sumber dana dari wisma tuna ganda tersebut adalah dari sumbangan masyarakat, subsidi dari Yayasan Rumah Piatu Muslimin, bantuan dari Pemda Provinsi D.K.I Jakarta  dan sumbangan dari pihak keluarga anak yang bersangkutan.
Pada saat saya dan teman saya berkunjung ke wisma tersebut, karena kami datangnya sore hari yanitu sekitar pukul 16.00 WIB , kami tidak berhasil menemui pimpinan dari Wisma Tuna Ganda tersebut.  Akan tetapi, kami berhasil mewawancarai seorang pengasuh dari wisma tersebut yang kebetulan sedang tugas jaga bernama ibu Musliyah.
Kami berbincang-bincang dengan ibu musliyah cukup lama, yaitu sekitar 40 menit.  Dari percakapan tersebut, saya menjadi banyak tahu mengenai beliau, dari alasannya bekerja di sana, apa motivasi dia bekerja di tempat tersebut, bagaimana pengalaman-pengalaman ia selama bekerja.  Hasil dari perbincangan akan saya jabarkan sebagai berikut ini.
Pekerjaan ibu musliyah di tempat tersebut secara ekonomi, pendapatan yang ia peroleh cukup rendah.  Beliau bercerita , dulu sebelum ia bekerja di wisma tuna ganda tersebut, ia pernah bekerja di sebuah Perseroan Terbatas dan pendapatan yang ia peroleh di PT tersebut jauh lebih besar daripada yang ia peroleh dengan bekerja di wisma tuna ganda tersebut ( sekitar 3 kali lipat).  Yang menjadikan ia tetap bertahan bekerja di tempat tersebut adalah ia ingin dalam pekerjaannya ia juga bermanfaat bagi orang lain.  Ia ingin bekerja tidak hanya sekedar mencari uang akan tetapi juga ingin mencari pahala dari Tuhan.  Oleh sebab itulah ia teteap bertahan meskipun gaji yang ia terima tidak cukup baik.
Ada beberapa pengalaman yang menyenangkan sekaligus pengalaman yang tidak menyenangkan selama ia bekerja di tempat tersebut.  Pengalaman menyenangkannya adalah saat is bisa bermain bersama dengan anak-anak penyandang cacat ganda tersebut.  Menurut ia, ada perasaan yang berbeda pada saat ia bermain dengan anak-anak penyandang cacat tersebut.  Sedangkan pengalaman yang tidak menyenangkan adalah saat anak-anak penyandang cacat tersebut rewel. Menurut ceritanya, apabila sedang rewel, anak tersebut bisa menjadi sangat menyebalkan karena apabali diberitahu juga tidak digubris oleh anak tersebut sehingga seperti menasihati anak yang keras kepala.
Berdasarkan cerita beliau, beliau bisa sampai bekerja di wisma tuna ganda tersebut berkat kakaknya.  Pada saat beliau masih bekerja di PT, beliau diajak kakaknya untuk mengunjungi wisma tersebut sampai akhirnya ia terketuk hatinya untuk bekerja di tempat tersebut karena kasihan melihat anak-anak cacat tersebut.
Beliau saat ini bekerja dengan bergantian menurut adwal shift kerja yang ditentukan.  Ada 8-9 orang pengasuh yang bekerja disana saat ini dan tiap shift kerja ada 7 orang yang bertugas.  Sehingga mampu kita bayangkan betapa padat jadwal kerja mereka karena hanya memiliki hari libur yang terbatas.  Padahal pendapatan sebagai pengasuh di tempat tersebut juga tidak terlalu tinggi.
Setelah berbincang-bincang selama sekitar 40 menit, kami diajak berkeliling wisma untuk melihat keadaan anak-anak penyandang cacat ganda.  Saat dibawa berkeliling tersebut, saya menjadi sangat iba dan cukup tersentuh dengan apa yang telah dilakukan oleh pengasuh-pengasuh di wisma tuna ganda tersbut. Mereka dengan senang hati merawat anak yang bahakan ada yang tidak mereka ketahui asalnya dengan sabar dan perhatian walaupun dengan bayaran yang tidak setimpal dengan apa yang mereka perbuat.
Dari apa yang saya lihat sendiri, saya juga cukup tersentuh melihat keadaan anak-anak disana yang cukup memprihatinkan.  Saya menjadi sangat bersyukur terhadap apa yang selama Tuhan berikan kepada saya.  Badan yang sehat, pikiran yang sehat, dibandingkan dengan tidak beruntungnya anak-anak yang memiliki cacat ganda tersebut.  Ada yang lumpuh, ada yang pekembangan otaknya tidak sempurna, ada yang bisu tuli.  Dengan melihat semua itu, mengingatkan saya untuk mensyukuri berbagai macam nikmat Tuhan yang selama ini tidak pernah kita sadari apabila saya tidak berkunjung ke tempat tersebut.
Saya juga juga cukup tersentuh melihat perjuangan dari ibu-ibu pengasuh yang selama ini mengabdikan dirinya untuk merawat anak-anak tersebut padahal dengan pendapatan yang tidak terlalu  besar dan kesejahteraan mereka yang pas-pas an, hal tersbut mendorong saya untuk berbuat lebih baik.  Saya jadi ingin apabila saya kelak menjadi orang yang sukses, saya iongin beramal dengan membrikan sumbangan-sumbangan yang saya mampu berikan.  Minimal untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dari pengasuh yang kurang diperhatikan tersebut.  Dengan kesejahteraan pengasuh yang meningkat, diharapkan juga pengasuh tersbut akan semakin semangat dalam mengasuh anak-anak cacat tersebut.
Dari saya sendiri, saya juga menghrapakan agar pemerintah ikut memperhatikan hal tersebut.  Lebih baik pemerintah mengurangi subsidi bbm yang selama ini menghabiskan cukup banyak APBN dan kebanyakan hanya dinikmati oleh kalangan menengah keatas untuk menambah biaya bantuan yang diberikan kepada wisma-wisma atau panti-panti asuhan yang ada diseluruh Indonesia.  saya cukup yakin keadaan para pengasuh yang ada di panti asuhan lain juga tudak jauh beda dengan apa yang telah saya lihat di wisma tuna ganda palsigunung.  Dengan demikian, kesejahteraan para pengasuh dan anak-anak penyandang cacat pasti juga akan menjadi lebih baik lagi.
Dokumentasi Wawancara
Foto diatas adalah foto kami bersama dengan ibu Musliyah
Foto diatas adalah foto saya bersama salah satu anak yang dirawat di panti tersebut

1 komentar: