Rabu, 06 Juni 2012

Sejarah dan Perkembangan Ilmu Karawitan


Indonesia adalah negara dengan kebudayaan yang majemuk.  Salah satu bentuk kebudayaan yang paling menonjol di Indonesia adalah kebudayaan jawa.  Di dalam kebudayaan jawa, terdapat salah satu bentuk kesenian yang merupaka warisan kebudayaan dari zaman dahulu, yaitu kesenian karawitan jawa atau yang lebih sering dikenal dengan gamelan.  Lalu apakah gamelan itu sendiri?
Bagi masyarakat jawa, gemelan bukanlah hal yang asing lagi.  Gamelan sudah menjadi salah satu unsur kebudayaan yang sangat penting. Dengan kata lain, masyarakat tahu benar mana yang disebut gamelan atau seperangkat gamelan.  Gamelan sering digunakan untukn berbagai pertunjukan, seperti pertunjukan wayang, tari-tarian dan sebagainya. masyarakat jawa  telah mengenal istilah 'gamelan', 'karawitan', atau 'gangsa'. Namun barangkali rnasih banyak yang belum mengetahui bagaimana sejarah perkembangan gamelan itu sendiri, sejak kapan gamelan mulai ada di Jawa?
Seorang sarjana berkebangsaan Belanda bernama Dr. J.L.A. Brandes mengemukakan suatu teori yang menarik,  menurutnya, sebelum adanya budaya india yang masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah memiliki ketrampilan yang menabjubkan, antara lain :
(1) wayang,
(2) gamelan,
(3)ilmu irama sanjak,
(4) batik,
(5) pengerjaan logam,
(6) sistem mata uang sendiri,
(7) ilmu teknologi pelayaran,
(8) astronomi,
(9) pertanian sawah,
(10) birokrasi pemerintahan yang teratur
                Ketrampilan yang disebutkna diatas setelah diadakan penelitian ternyata bukan ketrampilan pemberian dari kebudayaan Hindu-Budha.  Dengan adanya bukti tersebut, dapat disimpulkan bahwa gamelan telah ada sejak zaman prasejarah.  Namun, tahun tentang keberadaan gamelan pada masa awalnya susah ditentukan karena masyarakat prasejarah belum mengenal tulisan.
                Istilah “karawitan” yang biasa digunakan oleh masayarakat jawa untuk menyebutkan kesenian gamelan juga memliki arti tersendiri. Istilah tersebut mengalami perkembangan penggunaan maupun pemaknaannya. Banyak orang memaknai "karawitan" berangkat dari kata dasar “rawit” yang berarti kecil, halus atau rumit. Konon, di lingkungan kraton Surakarta, istilah karawitan pernah juga digunakan sebagai payung dari beberapa cabang kesenian seperti: tatah sungging, ukir, tari, hingga pedhalangan.
                Dalarn pengertian yang lebih sempit, karawitan menunjuk pada bentuk kesenian yang:
(1) menggunakan alat musik gamelan - sebagian atau seluruhnya baik berlaras slendro atau pelog - sebagian atau semuanya.
(2) menggunakan laras (tangga nada slendro) dan / atau pelog baik instrumental gamelan atau non-gamelan maupun vocal atau carnpuran dari keduanya.
                Gamelan Jawa sekarang ini bukan hanya dikenal di Indonesia saja, bahkan telah berkembang di luar negeri seperti di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Canada. Karawitan telah 'mendunia'. Oleh karna itu cukup ironis apabila bangsa Jawa sebagai pewaris langsung malahan tidak mau peduli terhadap seni gamelan atau seni karawitan pada khususnya atau kebudayaan Jawa pada umumnya. Bangsa lain begitu tekunnya mempelajari gamelan Jawa, bahkan di beberapa negara memiliki seperangkat gamelan Jawa. Sudah selayaknya masyarakat Jawa menghargai karya agung nenek moyang sendiri.
Bukti tentang sejarah dan perkembangan gamelan yang ada di Indonesia dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu bukti dari prasasti, bukti dari relief yang ada di candi-candi di jawa dan juga bukti dari kitab-kitab kuno yang ada di India. Dalam sumber-sumber tertulis masa Jawa Timur kelompok ansambel gamelan dikatakan sebagai “tabeh - tabehan” (bahasa Jawa baru 'tabuh-tabuhan' atau 'tetabuhan' yang berarti segala sesuatu yang ditabuh atau dibunyikan dengan dipukul). Zoetmulder menjelaskan kata “gamèl” dengan alat musik perkusi yakni alat musik yang dipukul (1982). Dalam bahasa Jawa ada kata “gèmbèl” yang berarti 'alat pemukul'. Dalam bahasa Bali ada istilah 'gambèlan' yang kemudian mungkin menjadi istilah 'gamelan'. Istilah 'gamelan' telah disebut dalam kaitannya dengan musik. Namur dalam masa Kadiri (sekitar abad ke¬13 Masehi), seorang ahli musik Judith Becker malahan mengatakan bahwa kata 'gamelan' berasal dari nama seorang pendeta Burma dan seorang ahli besi bernama Gumlao. Kalau pendapat Becker ini benar adanya, tentunya istilah 'gamelan' dijumpai juga di Burma atau di beberapa daerah di Asia Tenggara daratan, namun ternyata tidak.
                Bukti tentang sejarah dan perkembangan gamelan yang ada di Indonesia dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu bukti dari prasasti, bukti dari relief yang ada di candi-candi di jawa dan juga bukti dari kitab-kitab kuno yang ada di India.
Bukti-bukti yang menjelaskan tentang gamelan yang pertama adalah prasasti yang ditinggalkan oleh kerajaan-kerajaan hindu budha.  Prasasti-prasasti masa Jawa Tengah (abad ke-9 Masehi) banyak rnenyebut istilah 'curing' 'regang, 'tuwung', 'brikuk', Curing dan tuwung merupakan jenis simbal. Curing barangkali sejenis simbal yang dibuat dari logam. Dalam prasasti Kuti tahun 762 Saka (840 Masehi) disebutkan: "Mangkana yan pamuja mangungkunga curing..." adapun jika mengadakan pemujaan, supaya menabuh curing. Kata “mangungkunga” dalam bahasa Jawa Baru sekarang masih dapat dijumpai sebagai tiruan bunyi gamelan 'ngungkung'. Jenis instrumen gamelan 'curing' ini sangat populer pada masa Jawa Kuna terbukti banyak disebutkan dalam prasasti penetapan Sima dari abad ke-9 sampai abad ke 12 Masehi. Dari data prasasti tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perlengkapan gamelan dibunyikan dalam konteks ritual (upacara pemujaan).
                Bukti tentang perkembangan seni karawitan jawa yang lain adalah relief yang ada di candi-candi di Jawa tengah dan di Jawa Timur.  Pada beberapa bagian dinding candi Borobudur dapat 17 dilihat jenis-jenis instrumen gamelan yaitu: kendang bertali yang dikalungkan di leher, kendang berbentuk seperti periuk, siter dan kecapi, simbal, suling, saron, gambang. Pada candi Lara Jonggrang (Prambanan) dapat dilihat gambar relief kendang silindris, kendang cembung, kendang bentuk periuk, simbal (kècèr), dan suling.
                Gambar relief instrumen gamelan di candi-candi masa Jawa Timur dapat dijumpai pada candi Jago (abad ke -13 M) berupa alat musik petik: kecapi berleher panjang dan celempung. Sedangkan pada candi Ngrimbi (abad ke - 13 M) ada relief reyong (dua buah bonang pencon). Sementara itu relief gong besar dijumpai di candi Kedaton (abad ke-14 M), dan kendang silindris di candi Tegawangi (abad ke-14 M). Pada candi induk Panataran (abad ke-14 M) ada relief gong, bendhe, kemanak, kendang sejenis tambur; dan di pandapa teras relief gambang, reyong, serta simbal. Relief bendhe dan terompet ada pada candi Sukuh (abad ke-15 M).
                Bukti lain dari keberadaan gamelan yang ada di jawa diperoleh dari kitab-kitab kuno yang ada di India. Kebudayaan Jawa mulai memasuki jaman sejarah yang ditandai dengan adanya sistem tulisan dalam kehidupan masyarakat. Dilihat dari sudut pandang sejarah, selama kurun waktu antara abad VIll sampai abad XV Masehi kebudayaan Jawa, mendapat pengaruh dari kebudayaan India. Salah satunya dapat dilihat pada kesenian seperti gamelan dan seni tari. Masuknya budaya musik dari india ke jawa biasanya melalui jalur penyebaran hindu budha. Berdasarkan data-data pada relief dan kitab-kitab kesusastraan diperoleh petunjuk bahwa paling tidak ada pengaruh India terhadap keberadaan beberapa jenis gamelan Jawa. Keberadaan musik di India sangat erat dengan aktivitas keagamaan. Musik merupakan salah satu unsur penting dalam upacara keagamaan. Di dalam beberapa kitab-kitab kesastraan India seperti kitab Natya Sastra seni musik dan seni tari berfungsi untuk aktivitas upacara. keagamaan. Secara keseluruhan kelompok musik di India disebut 'vaditra' yang dikelompokkan menjadi 5 kelas, yakni: tata (instrumen musik gesek), begat (instrumen musik petik), sushira (instrumen musik tiup), dhola (kendang), ghana (instrumen musik pukul). Pengelompokan yang lain adalah:
(1) Avanaddha vadya, bunyi yang dihasilkan oleh getaran selaput kulit karena dipukul.
(2) Ghana vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran alat musik itu sendiri.
(3) Sushira vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran udara dengan ditiup.
(4) Tata vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran dawai yang dipetik atau digesek.
                Lalu, alat-alat apa saja yang termasuk bagian dari karawitan jawa?  Alat-alat dalam karawitan jawa sangat banyak, namun secara garis besarnya dapat dikelompokkan senagi berikut:
1.      Gong, terdiri dari dua janis, yaitu:
Gong Ageng, yaitu gong yang terbesar dalam karawitan jawa. Gong ini merupakan roh atau inti dalam gamelan, diletakkan di belakang gamelan
Kempul, mempunyai ukuran yang lebih kecil dari Gong Ageng
2.       Bonang, merupakan satu set gong yang terdiri dari sepuluh sampai empat belas gong-    gong kecil dengan posisi horizontal yang disusun  dalam dua deretan. Ada dua macam Bonang, diantaranya Bonang Barung, yaitu Bonang yang berukuran sedang, beroktaf sedang hingga tinggi dan bonang penerus yang lebih kecil tetapi titi nadanya lebih tinggi satu oktaf.
3.      Kenong, salah satu jenis gong yang mempunyai ukuran terbesar diantara jenis gong yang diletakkan di atas tali yang direntangkan di atas bingkai kayu.
4.      Ketuk dan Kempyang, alat ini diletakkan di sebelah Kenong.
5.      Saron, terdiri dari tiga jenis yaitu saron demung, saron barung dan saron penerus
6.      Gender, ditegangkan menggunakan tali di atas bingkai kayu
Ada dua macam gender yaitu gender barung dan gender penerus


7.       Kendang adalah alat musik tabuh yang menyerupai bedug, tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil. Kendang dapat digolongkan menjadi empat jenis berdasarkan ukuran dari yang terbesar sampai yang terkecil, yaitu: Kendang Gending, Kendang Wayangan, Kendang Ciblon, dan Kendang Ketipung
8.      Bedug, adalah alat musik tabuh yang terbuat dari sepotong batang kayu besar. Bagian tengahnya dilubangi sehingga berbentuk menyerupai tabung besar. Pada ujung batang yang berukuran besar ditutup dengan kulit binatang (biasanya kulit sapi, kerbau atau kambing). Bedug menimbulkan suara berat, rendah, tapi dapat didengar sampai jarak yang jauh.
9.      Gambang adalah alat yang menyerupai instrument metallophone, tetapi     bilah-bilahnya terbuat dari kayu atau tembaga

10. Suling adalah alat musik tiup yang biasanya terbuat dari bambu. Suling dapat       dibedakan ke dalam dua jenis:
1) suling dengan lima lubang (finger-holes) untuk laras Pelog
2) suling dengan empat lubang untuk laras slendro
      11.  Rebab adalah alat musik gesek yang dapat menghasilkan suara cukup keras
      12.  Siter atau Celempung, adalah alat petik sejenis gitar tetapi memiliki senar yang lebih             banyak


        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar