Minggu
lalu, tepatnya pada hari Selasa tanggal 4 Oktober 2011, saya bersama kedua
teman saya yaitu Prianto dan Sinta berkunjung ke sebuah panti penyantunan anak
cacat ganda yaitu Wisma Tuna Ganda Palsigunung yang beralamat di Jalan Raya
Bogor km. 28,5 Kelurahan Pekayon Jakarta timur.
Wisma tersebut memiliki tujuan untuk menampung, memelihara, merawat
serta mnegusahakan rehabilitasi bagi anak-anak penyandang cacat ganda(cacat
mental serta fisiknya). Menurut
informasi yang kami dapat, Wisma Tuna Ganda Palsigunung merupakan panti
perawatan pertama di Indonesia yang khusus melayani menangani anak-anak
penyandang cacat ganda.
Berdasarkan
informasi yang berhasil saya kumpulkan bersama teman saya, wisma tersebut saat
ini memiliki jumlah pasien rawat sejumlah 31 anak, terdiri dari 19 anak orang
laki-laki dan 12 anak perempuan.
Anak-anak tersebut berasal dari masyarakat (orangtua atau keluarga anak
yang bersangkutan), rumah sakit, organisasi/instansi/panti social yang lain dan
sebagainya dan anak-anak tersebut tidak hanya berasal dari daerah Jakarta dan
sekitarnya saja, akan tetapi dari berbagai penjuru Indonesia.
Wisma
tuna ganda palsigunung didirikan oleh ibu Romo Gunawan pada tahun1972. Kebanyakan sumber dana dari wisma tuna ganda
tersebut adalah dari sumbangan masyarakat, subsidi dari Yayasan Rumah Piatu
Muslimin, bantuan dari Pemda Provinsi D.K.I Jakarta dan sumbangan dari pihak keluarga anak yang
bersangkutan.
Pada
saat saya dan teman saya berkunjung ke wisma tersebut, karena kami datangnya
sore hari yanitu sekitar pukul 16.00 WIB , kami tidak berhasil menemui pimpinan
dari Wisma Tuna Ganda tersebut. Akan
tetapi, kami berhasil mewawancarai seorang pengasuh dari wisma tersebut yang
kebetulan sedang tugas jaga bernama ibu Musliyah.
Kami
berbincang-bincang dengan ibu musliyah cukup lama, yaitu sekitar 40 menit. Dari percakapan tersebut, saya menjadi banyak
tahu mengenai beliau, dari alasannya bekerja di sana, apa motivasi dia bekerja
di tempat tersebut, bagaimana pengalaman-pengalaman ia selama bekerja. Hasil dari perbincangan akan saya jabarkan
sebagai berikut ini.
Pekerjaan
ibu musliyah di tempat tersebut secara ekonomi, pendapatan yang ia peroleh
cukup rendah. Beliau bercerita , dulu
sebelum ia bekerja di wisma tuna ganda tersebut, ia pernah bekerja di sebuah
Perseroan Terbatas dan pendapatan yang ia peroleh di PT tersebut jauh lebih
besar daripada yang ia peroleh dengan bekerja di wisma tuna ganda tersebut (
sekitar 3 kali lipat). Yang menjadikan
ia tetap bertahan bekerja di tempat tersebut adalah ia ingin dalam pekerjaannya
ia juga bermanfaat bagi orang lain. Ia
ingin bekerja tidak hanya sekedar mencari uang akan tetapi juga ingin mencari
pahala dari Tuhan. Oleh sebab itulah ia
teteap bertahan meskipun gaji yang ia terima tidak cukup baik.
Ada
beberapa pengalaman yang menyenangkan sekaligus pengalaman yang tidak
menyenangkan selama ia bekerja di tempat tersebut. Pengalaman menyenangkannya adalah saat is
bisa bermain bersama dengan anak-anak penyandang cacat ganda tersebut. Menurut ia, ada perasaan yang berbeda pada
saat ia bermain dengan anak-anak penyandang cacat tersebut. Sedangkan pengalaman yang tidak menyenangkan
adalah saat anak-anak penyandang cacat tersebut rewel. Menurut ceritanya,
apabila sedang rewel, anak tersebut bisa menjadi sangat menyebalkan karena
apabali diberitahu juga tidak digubris oleh anak tersebut sehingga seperti
menasihati anak yang keras kepala.
Berdasarkan
cerita beliau, beliau bisa sampai bekerja di wisma tuna ganda tersebut berkat
kakaknya. Pada saat beliau masih bekerja
di PT, beliau diajak kakaknya untuk mengunjungi wisma tersebut sampai akhirnya
ia terketuk hatinya untuk bekerja di tempat tersebut karena kasihan melihat
anak-anak cacat tersebut.
Beliau
saat ini bekerja dengan bergantian menurut adwal shift kerja yang
ditentukan. Ada 8-9 orang pengasuh yang
bekerja disana saat ini dan tiap shift kerja ada 7 orang yang bertugas. Sehingga mampu kita bayangkan betapa padat
jadwal kerja mereka karena hanya memiliki hari libur yang terbatas. Padahal pendapatan sebagai pengasuh di tempat
tersebut juga tidak terlalu tinggi.
Setelah
berbincang-bincang selama sekitar 40 menit, kami diajak berkeliling wisma untuk
melihat keadaan anak-anak penyandang cacat ganda. Saat dibawa berkeliling tersebut, saya
menjadi sangat iba dan cukup tersentuh dengan apa yang telah dilakukan oleh
pengasuh-pengasuh di wisma tuna ganda tersbut. Mereka dengan senang hati
merawat anak yang bahakan ada yang tidak mereka ketahui asalnya dengan sabar
dan perhatian walaupun dengan bayaran yang tidak setimpal dengan apa yang
mereka perbuat.
Dari
apa yang saya lihat sendiri, saya juga cukup tersentuh melihat keadaan
anak-anak disana yang cukup memprihatinkan.
Saya menjadi sangat bersyukur terhadap apa yang selama Tuhan berikan
kepada saya. Badan yang sehat, pikiran
yang sehat, dibandingkan dengan tidak beruntungnya anak-anak yang memiliki
cacat ganda tersebut. Ada yang lumpuh,
ada yang pekembangan otaknya tidak sempurna, ada yang bisu tuli. Dengan melihat semua itu, mengingatkan saya
untuk mensyukuri berbagai macam nikmat Tuhan yang selama ini tidak pernah kita
sadari apabila saya tidak berkunjung ke tempat tersebut.
Saya
juga juga cukup tersentuh melihat perjuangan dari ibu-ibu pengasuh yang selama
ini mengabdikan dirinya untuk merawat anak-anak tersebut padahal dengan
pendapatan yang tidak terlalu besar dan
kesejahteraan mereka yang pas-pas an, hal tersbut mendorong saya untuk berbuat
lebih baik. Saya jadi ingin apabila saya
kelak menjadi orang yang sukses, saya iongin beramal dengan membrikan
sumbangan-sumbangan yang saya mampu berikan.
Minimal untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dari pengasuh yang kurang
diperhatikan tersebut. Dengan
kesejahteraan pengasuh yang meningkat, diharapkan juga pengasuh tersbut akan
semakin semangat dalam mengasuh anak-anak cacat tersebut.
Dari
saya sendiri, saya juga menghrapakan agar pemerintah ikut memperhatikan hal
tersebut. Lebih baik pemerintah mengurangi
subsidi bbm yang selama ini menghabiskan cukup banyak APBN dan kebanyakan hanya
dinikmati oleh kalangan menengah keatas untuk menambah biaya bantuan yang
diberikan kepada wisma-wisma atau panti-panti asuhan yang ada diseluruh
Indonesia. saya cukup yakin keadaan para
pengasuh yang ada di panti asuhan lain juga tudak jauh beda dengan apa yang
telah saya lihat di wisma tuna ganda palsigunung. Dengan demikian, kesejahteraan para pengasuh
dan anak-anak penyandang cacat pasti juga akan menjadi lebih baik lagi.
Dokumentasi
Wawancara
Foto
diatas adalah foto kami bersama dengan ibu Musliyah
Foto
diatas adalah foto saya bersama salah satu anak yang dirawat di panti tersebut
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus