Indonesia adalah negara dengan kebudayaan yang majemuk. Salah satu bentuk kebudayaan yang paling
menonjol di Indonesia adalah kebudayaan jawa.
Di dalam kebudayaan jawa, terdapat salah satu bentuk kesenian yang merupaka
warisan kebudayaan dari zaman dahulu, yaitu kesenian karawitan jawa atau yang
lebih sering dikenal dengan gamelan.
Lalu apakah gamelan itu sendiri?
Bagi masyarakat jawa, gemelan bukanlah hal yang asing lagi. Gamelan sudah menjadi salah satu unsur
kebudayaan yang sangat penting. Dengan kata lain, masyarakat tahu benar mana
yang disebut gamelan atau seperangkat gamelan.
Gamelan sering digunakan untukn berbagai pertunjukan, seperti
pertunjukan wayang, tari-tarian dan sebagainya. masyarakat jawa telah mengenal istilah 'gamelan', 'karawitan',
atau 'gangsa'. Namun barangkali rnasih banyak yang belum mengetahui
bagaimana sejarah perkembangan gamelan itu sendiri, sejak kapan gamelan mulai
ada di Jawa?
Seorang sarjana berkebangsaan Belanda bernama Dr. J.L.A. Brandes
mengemukakan suatu teori yang menarik,
menurutnya, sebelum adanya budaya india yang masuk ke Indonesia,
masyarakat Indonesia sudah memiliki ketrampilan yang menabjubkan, antara lain :
(1) wayang,
(2) gamelan,
(3)ilmu irama sanjak,
(4) batik,
(5) pengerjaan logam,
(6) sistem mata uang sendiri,
(7) ilmu teknologi pelayaran,
(8) astronomi,
(9) pertanian sawah,
(10) birokrasi pemerintahan yang teratur
(2) gamelan,
(3)ilmu irama sanjak,
(4) batik,
(5) pengerjaan logam,
(6) sistem mata uang sendiri,
(7) ilmu teknologi pelayaran,
(8) astronomi,
(9) pertanian sawah,
(10) birokrasi pemerintahan yang teratur
Ketrampilan yang disebutkna
diatas setelah diadakan penelitian ternyata bukan ketrampilan pemberian dari
kebudayaan Hindu-Budha. Dengan adanya
bukti tersebut, dapat disimpulkan bahwa gamelan telah ada sejak zaman
prasejarah. Namun, tahun tentang
keberadaan gamelan pada masa awalnya susah ditentukan karena masyarakat
prasejarah belum mengenal tulisan.
Istilah “karawitan” yang
biasa digunakan oleh masayarakat jawa untuk menyebutkan kesenian gamelan juga
memliki arti tersendiri. Istilah tersebut mengalami perkembangan penggunaan
maupun pemaknaannya. Banyak orang memaknai "karawitan"
berangkat dari kata dasar “rawit” yang berarti kecil, halus atau rumit.
Konon, di lingkungan kraton Surakarta, istilah karawitan pernah juga digunakan
sebagai payung dari beberapa cabang kesenian seperti: tatah sungging, ukir,
tari, hingga pedhalangan.
Dalarn pengertian yang lebih
sempit, karawitan menunjuk pada bentuk kesenian yang:
(1) menggunakan alat
musik gamelan - sebagian atau seluruhnya baik berlaras slendro atau pelog -
sebagian atau semuanya.
(2) menggunakan laras (tangga nada slendro) dan / atau pelog baik instrumental gamelan atau non-gamelan maupun vocal atau carnpuran dari keduanya.
(2) menggunakan laras (tangga nada slendro) dan / atau pelog baik instrumental gamelan atau non-gamelan maupun vocal atau carnpuran dari keduanya.
Gamelan Jawa sekarang ini bukan
hanya dikenal di Indonesia saja, bahkan telah berkembang di luar negeri seperti
di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Canada. Karawitan telah 'mendunia'. Oleh
karna itu cukup ironis apabila bangsa Jawa sebagai pewaris langsung malahan
tidak mau peduli terhadap seni gamelan atau seni karawitan pada khususnya atau
kebudayaan Jawa pada umumnya. Bangsa lain begitu tekunnya mempelajari gamelan
Jawa, bahkan di beberapa negara memiliki seperangkat gamelan Jawa. Sudah
selayaknya masyarakat Jawa menghargai karya agung nenek moyang sendiri.
Bukti tentang sejarah dan perkembangan gamelan yang ada di Indonesia
dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu bukti dari prasasti, bukti dari relief
yang ada di candi-candi di jawa dan juga bukti dari kitab-kitab kuno yang ada
di India. Dalam sumber-sumber tertulis masa Jawa Timur kelompok ansambel
gamelan dikatakan sebagai “tabeh - tabehan” (bahasa Jawa baru 'tabuh-tabuhan'
atau 'tetabuhan' yang berarti segala sesuatu yang ditabuh atau dibunyikan
dengan dipukul). Zoetmulder menjelaskan kata “gamèl” dengan alat musik
perkusi yakni alat musik yang dipukul (1982). Dalam bahasa Jawa ada kata “gèmbèl”
yang berarti 'alat pemukul'. Dalam bahasa Bali ada istilah 'gambèlan'
yang kemudian mungkin menjadi istilah 'gamelan'. Istilah 'gamelan'
telah disebut dalam kaitannya dengan musik. Namur dalam masa Kadiri (sekitar
abad ke¬13 Masehi), seorang ahli musik Judith Becker malahan mengatakan bahwa
kata 'gamelan' berasal dari nama seorang pendeta Burma dan seorang ahli besi
bernama Gumlao. Kalau pendapat Becker ini benar adanya, tentunya istilah
'gamelan' dijumpai juga di Burma atau di beberapa daerah di Asia Tenggara
daratan, namun ternyata tidak.
Bukti tentang sejarah dan
perkembangan gamelan yang ada di Indonesia dapat dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu bukti dari prasasti, bukti dari relief yang ada di candi-candi di jawa
dan juga bukti dari kitab-kitab kuno yang ada di India.
Bukti-bukti yang menjelaskan tentang gamelan yang pertama adalah
prasasti yang ditinggalkan oleh kerajaan-kerajaan hindu budha. Prasasti-prasasti masa Jawa Tengah (abad ke-9
Masehi) banyak rnenyebut istilah 'curing' 'regang, 'tuwung',
'brikuk', Curing dan tuwung merupakan jenis simbal. Curing
barangkali sejenis simbal yang dibuat dari logam. Dalam prasasti Kuti tahun 762
Saka (840 Masehi) disebutkan: "Mangkana yan pamuja mangungkunga
curing..." adapun jika mengadakan pemujaan, supaya menabuh curing.
Kata “mangungkunga” dalam bahasa Jawa Baru sekarang masih dapat dijumpai
sebagai tiruan bunyi gamelan 'ngungkung'. Jenis instrumen gamelan 'curing'
ini sangat populer pada masa Jawa Kuna terbukti banyak disebutkan dalam
prasasti penetapan Sima dari abad ke-9 sampai abad ke 12 Masehi. Dari data
prasasti tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perlengkapan gamelan
dibunyikan dalam konteks ritual (upacara pemujaan).
Bukti tentang perkembangan seni
karawitan jawa yang lain adalah relief yang ada di candi-candi di Jawa tengah
dan di Jawa Timur. Pada beberapa bagian
dinding candi Borobudur dapat 17 dilihat jenis-jenis instrumen gamelan yaitu:
kendang bertali yang dikalungkan di leher, kendang berbentuk seperti periuk,
siter dan kecapi, simbal, suling, saron, gambang. Pada candi Lara Jonggrang
(Prambanan) dapat dilihat gambar relief kendang silindris, kendang cembung,
kendang bentuk periuk, simbal (kècèr), dan suling.
Gambar relief instrumen gamelan
di candi-candi masa Jawa Timur dapat dijumpai pada candi Jago (abad ke -13 M)
berupa alat musik petik: kecapi berleher panjang dan celempung. Sedangkan pada
candi Ngrimbi (abad ke - 13 M) ada relief reyong (dua buah bonang pencon).
Sementara itu relief gong besar dijumpai di candi Kedaton (abad ke-14 M), dan
kendang silindris di candi Tegawangi (abad ke-14 M). Pada candi induk Panataran
(abad ke-14 M) ada relief gong, bendhe, kemanak, kendang sejenis tambur; dan di
pandapa teras relief gambang, reyong, serta simbal. Relief bendhe dan terompet
ada pada candi Sukuh (abad ke-15 M).
Bukti lain dari keberadaan
gamelan yang ada di jawa diperoleh dari kitab-kitab kuno yang ada di India.
Kebudayaan Jawa mulai memasuki jaman sejarah yang ditandai dengan adanya sistem
tulisan dalam kehidupan masyarakat. Dilihat dari sudut pandang sejarah, selama
kurun waktu antara abad VIll sampai abad XV Masehi kebudayaan Jawa, mendapat
pengaruh dari kebudayaan India. Salah satunya dapat dilihat pada kesenian
seperti gamelan dan seni tari. Masuknya budaya musik dari india ke jawa
biasanya melalui jalur penyebaran hindu budha. Berdasarkan data-data pada
relief dan kitab-kitab kesusastraan diperoleh petunjuk bahwa paling tidak ada
pengaruh India terhadap keberadaan beberapa jenis gamelan Jawa. Keberadaan
musik di India sangat erat dengan aktivitas keagamaan. Musik merupakan salah
satu unsur penting dalam upacara keagamaan. Di dalam beberapa kitab-kitab
kesastraan India seperti kitab Natya Sastra seni musik dan seni tari berfungsi
untuk aktivitas upacara. keagamaan. Secara keseluruhan kelompok musik di India
disebut 'vaditra' yang dikelompokkan menjadi 5 kelas, yakni: tata (instrumen
musik gesek), begat (instrumen musik petik), sushira (instrumen
musik tiup), dhola (kendang), ghana (instrumen musik pukul).
Pengelompokan yang lain adalah:
(1)
Avanaddha vadya, bunyi yang dihasilkan oleh getaran selaput kulit karena
dipukul.
(2) Ghana vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran alat musik itu sendiri.
(3) Sushira vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran udara dengan ditiup.
(4) Tata vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran dawai yang dipetik atau digesek.
(2) Ghana vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran alat musik itu sendiri.
(3) Sushira vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran udara dengan ditiup.
(4) Tata vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran dawai yang dipetik atau digesek.
Lalu, alat-alat apa saja yang
termasuk bagian dari karawitan jawa?
Alat-alat dalam karawitan jawa sangat banyak, namun secara garis
besarnya dapat dikelompokkan senagi berikut:
1. Gong,
terdiri dari dua janis, yaitu:
Gong
Ageng, yaitu gong yang terbesar dalam
karawitan jawa. Gong ini merupakan roh atau inti dalam gamelan, diletakkan di
belakang gamelan
Kempul,
mempunyai ukuran yang lebih kecil dari Gong Ageng
2.
Bonang, merupakan satu set gong
yang terdiri dari sepuluh sampai empat belas gong- gong kecil dengan posisi horizontal yang
disusun dalam dua deretan. Ada dua macam
Bonang, diantaranya Bonang Barung, yaitu Bonang yang berukuran sedang, beroktaf
sedang hingga tinggi dan bonang penerus yang lebih kecil tetapi titi nadanya
lebih tinggi satu oktaf.
3.
Kenong, salah satu jenis gong yang mempunyai
ukuran terbesar diantara jenis gong yang diletakkan di atas tali yang
direntangkan di atas bingkai kayu.
4.
Ketuk dan
Kempyang, alat ini diletakkan di sebelah Kenong.
5.
Saron, terdiri dari tiga jenis yaitu saron
demung, saron barung dan saron penerus
6.
Gender, ditegangkan menggunakan tali di atas
bingkai kayu
Ada
dua macam gender yaitu gender barung dan gender penerus
7.
Kendang adalah alat musik tabuh yang menyerupai
bedug, tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil. Kendang dapat digolongkan
menjadi empat jenis berdasarkan ukuran dari yang terbesar sampai yang terkecil,
yaitu: Kendang Gending, Kendang Wayangan, Kendang Ciblon, dan Kendang Ketipung
8.
Bedug, adalah alat musik tabuh
yang terbuat dari sepotong batang kayu besar. Bagian tengahnya dilubangi
sehingga berbentuk menyerupai tabung besar. Pada ujung batang yang berukuran
besar ditutup dengan kulit binatang (biasanya kulit sapi, kerbau atau kambing).
Bedug menimbulkan suara berat, rendah, tapi dapat didengar sampai jarak yang
jauh.
9.
Gambang adalah alat yang menyerupai
instrument metallophone, tetapi bilah-bilahnya
terbuat dari kayu atau tembaga
10. Suling adalah alat musik tiup yang biasanya terbuat dari bambu. Suling
dapat dibedakan ke dalam dua jenis:
1) suling dengan lima lubang
(finger-holes) untuk laras Pelog
2) suling dengan empat lubang untuk laras slendro
11. Rebab adalah
alat musik gesek yang dapat menghasilkan suara cukup keras
12.
Siter atau Celempung, adalah alat petik sejenis
gitar tetapi memiliki senar yang lebih banyak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar