Molding
adalah suatu proses untuk mencetak atau membentuk bahan mentah yang sifatnya
lunak dengan menggunakan cetakan atau model yang terbuat dari rangka kaku yang
disebut mold. Sebuah mold adalah cetakan
yang memiliki rongga di dalamnya yang kemudian akan diisi dengan bahan mentah
yang akan dicetak tadi. Bahan mentah
tersebut berupa cairan, baik cairan plastic, gelas, logam, ataupun keramik. Bahan
mentah yang berupa cairan tadi kemudian akan mengeras di dalam mold dan pada
akhirnya akan mengikuti bentuk yang ada pada cetakan itu tadi. Setelah bahan mentah tadi mengeras dan telah
menjadi suatu barang jadi, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah
mengeluarkannya dari cetakan. Biasanya
untuk memudahkan pengeluaran barang jadi dari cetakan, digunakan suatu bahan
lain yang disebut release agent.
Molding
dewasa
ini menjadi suatu hal yang sangat penting bagi suatu industry manufaktur,
terutama yang berhubungan dengan produksi barang-barang yang menggunakan proses
pencetakan seperti industry otomotif yang memproses pencetakan bodi untuk
kendaraannya. Perusahaan manufaktur
tersebut harus mengetahui seluk beluk mengenai molding agar proses pencetakan
berjalan dengan baik dan jumlah defect yang dihasilkan juga semakin kecil
sehingga pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas perusahaan.
Dalam paper ini, akan dijelaskan dua macam proses molding yang banyak
digunakan pada industry manufaktur saat ini, yaitu injection molding dan blow
molding. Dalam menjelaskan
berbagai macam karakteristik dari proses molding yang telah disebutkan
sebelumnya, penulis berorientasi pada jurnal internasional yang telah
diperoleh. Untuk injection molding,
penulis menggunakan jurnal berjudul Characterization of Powder Injection Molding
yang ditulis oleh Z.Y. Liu , N.H Loh, S.B Tor dan K.A Khor dari jurusan teknik
mesin Nanyang Tecnological University .
Sedangkan untuk proses blow molding, penulis menggunakan referensi yang
berjudul Multiaspect Analyzes of Blow Molding Process yang ditulis oleh
K. Szczepanski, D. Kwiatkowski dan J.
Koszkul dari departemen proses polimer dan manajemen produksi Technical
University of Czestochowa
I.
Powder Injection Molding
Injection molding
adalah suatu teknik yang digunakan untuk menciptakan suatu jarak yang lebar
dari benda seperti bagiaan-bagian pada pipa ledeng, barang-barang perlengkapan
mandi, gagang sikat gigi, mainan bahkan dashboard pada mobil. Material yang digunakan pada injection
molding bervariasi, akan tetapi sringkali melibatkan plastic atau polimer
sintetik yang dapat dicetak dengan mudah.
Injection molding
memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan proses molding yang lain. Keunggulan itu antara lain adalah sebagai
berikut : (1) biaya marginal yang rendah untuk setiap benda yang dicetak, (2)
variabilitas dari bahan yang digunakan, (3) efisiensi proses yang bagus,
(4)produk yang dicetak memiliki keakuratan yang bagus.
Sekarang kita masuk ke
bagian Powder Injection molding (PIM).
Powder Injection Molding adalah teknik yang efektif untuk memproduksi
barang yang kecil, kompleks, dan part yang presisi pada volume yang
tinggi. PIM terdiri dari empat proses
utama , yaitu mixing, injection molding,
debinding dan sintering.
Pada tahap mixing,
bubuk (dalam hal ini yang digunakan adalah bubuk M2 High Speed Steel 91% dan
PAN250 Polymer binder 9%) dicampur dengan sebuah bahan pengikat dengan persentase volume dari bahan pengikat
mencapai 30-50 % dari total volume untuk membentuk bahan baku yang homogen. Bahan pengikat dalam hal ini menjadi penting
karena bahan inilah yang memberikan formability
dan flowability yang sangat
dibutuhkan saan proses molding. Setelah
proses molding, bahan pengikat tadi menahan partikel agar tetap pada
tempatnya. Bahan pengikat itu akan dihilangkan
pada tahap pelepasan ikatan. Macam-macam
metode untuk melepas ikatan digunakan, sperti dekomposisi termal dan solvent debinding. Part yang telah dilepaskan dari bahan
pengikat kemudian masuk ke tahap
sintering. Pada tahap ini, sifat-sifat
mekanis yang dibutuhkan oleh produk akan dibentuk. Kualitas dari bahan baku
akan mempengaruhi produk yang telah melewati proses molding dan sintering. Setelah part dicetak menjadi bentuk yang
diinginkan, ada sesutau yang harus dilakukan untuk menghilangkan defect yang
disebabkan oleh bahan baku yang tidak homogen.
Walaupun Powder
Injection Molding memiliki banyak keunggulan, proses ini membutuhkan prosedur trial and error yang luas untuk
menentukan kondisi molding yang ideal.
Defect seperti voids, sink marks,
weld lines, dan sebagainya dapat terjadi jika parameter molding dan
sifat-sifat peralatan tidak terspesifikasi secara benar.
Sifat-sifat
dan Karakteristik Powder Injection Molding
a. Modulus
Young
Modulus Young dari
bahan baku yang digunakan mempengaruhi proses molding dan penyimpangan pada
part. Nilai dari modulus disini
bergantung pada komposisi bahan pengikat dan pemuatan bubuk. Dibawah ini adalah grafik stress-strain yang
dihasilkan pada proses PIM
gambar 1
Dari grafik dan tabel diatas, dapat
kita ketahui bahwa rata-rata modulus young adalah 0.82 GPa, ini lebih rendah
daripada baja yang rata-rata modulus youngnya berkisar antara 190-210 GPa. Nilai Ultimate Tensile stress juga tergolong
rendah, yakni 4.00 MPa, menunjukkan bahwa produk ini bersifat getas
(brittle). Sedangkan nilai yield strees
memiliki rata-rata 3.53MPa, ini juga jauh lebih rendah daripada baja yang
memliki rata-rata mencapai 200-2000 MPa.
b. Rasio
Poisson
Rasio Poisson dapat
diartikan sebagai nilai rasio absolut dari
regangan pada arah lateral terhadap arah aksial. Dalam hal ini, rasio poisson yang dihasilkan
oleh PIM berkisar antara 0.37-0.42.
c. In-Plane Shear Modulus
In plane shear modulus
adalah rasio perbandingan antara tegangan geser dengan regangan geser. In plane shear modulus dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut ini
Dimana G adalah in
plane shear modulus, τ adalah tegangan geser , γ adalah regangan geser, E
adalah modulus young dan v adalah rasio poisson.
Untuk bahan baku, rata-rata modulus
youngnya adalah 0.82 GPa dan rata-rata v adalah 0.40, sehingga besarnya
in-plane shear modulus adalah 0.29 GPa.
Tabel dua juga menunjukkan bahwa sifat-sifat mekanis dari bahan menyerupai
sifat-sifat pada polimer.
Sifat-sifat termal
a. Koefisien
expansi termal dan titik pelunakan
Koefsisien
ekaspansi termal adalah ukuran dari besarnya pemanjangan pada material ketika
temperature naik 1o C. sedangkan titik pelunakan adalah temperature
dimana bahan baku melunak dengan cepat.
grafik
diatas menunjukkan peningkatan titik penyelidikan pada awal percobaan. Hal ini dikarenakan ekapansi dari specimen
padat. Koefisien ekspansi termal dapat diperoleh dengan mencari nilai gradient dari
kurva diantara suhu 20 sampai 40oC.
ketika specimen dipanaskan hingga suhu 49,5oC, kurva
tiba-tiba turun dengan tajam, menunjukkan bhwa disitu terjadi pelunakan. Dengan menarik titik potong diantara dua
gradien di titik maksimum, makan diperolah titik pelunakan. Tabel dibawah ini
menunjukkan hasil percobaannya
Dari
tabel diatas, dapat dismpulkan bahwa nilai koefisien ekspansi termal masih
berada di dalam jangkauan koefisien ekspansi termal polimer.
b. Temperature
transisi
Temperature
transisi dari bahan baku yang diproses adalah temperature dimana penyerapan
panas oleh bahan baku mencapai titik maksimum.
Grafik dibawah ini akan menunjukkan temperature transisi dari bahan baku
Pada
grafik diatas, aliran panas mencapai puncaknya pada suhu 54.17 dan 91.64oC
selama proses pemanasan. Mengindikasikan
titik lebur dari komponen bahan pengikat.
Titik rekristalisasi terendah adalah 32.82 oC. proses mixing dan molding harus sudah selesai
pada temperature yang lebih tinggi dibandingkan titik lebur dari bahan pengikat
yaitu 91.64 oC. sedangakan
temperature untuk proses molding harus berada dibawah 32.82 oC untuk
mencegah part yang telah di-molding melekat dengan rongga pada cetakan.
c. Kapasitas
panas spesifik
Kapasitas
panas dari bahan baku menentukan jumlah panas yang dapat disimpan pada bahan
baku selama proses pemanasan. Kapasitas
panas yang rendah menyebabkan penurunan yang lebih cepat selama molding dan
mempercepat proses pengerasan. Grafik
dibawah ini menunjukkan kurva kapasitas panas spesifik dai bahan baku.
Tabel
dibawh ini menunjukkan rata-rata kapasitas dari part yang di-molding
d. Konduktivitas
termal
Konduktivitas
termal adalah ukuran tingkat dimana panas dapat mengalir melalui material. Daripercobaan,diperoleh nilai konduktivitas
termal bahan baku adalah 1.375 W/m oC.
Tabel dibawah ini menunjukkan ringkasan dari sifat-sifat
termal dari bahan baku bersama dengan sifat-sifat termal dari polimer dan baja.
Dari
tabel diatas, dapat kitalihat bahwa selain kapasitas panas, semua sifat termal
dari bahan baku mendekati bentuk polimer.
II.
Blow Molding
Blow molding adalah proses
manufaktur plastik untuk membuat produk-produk berongga (botol) dimana parison yang dihasilkan dari proses ekstrusi dikembangkan
dalam cetakan oleh tekanan gas. Pada dasarnya blow molding adalah pengembangan dari proses ekstrusi pipa
dengan penambahan mekanisme cetakan dan peniupan.Proses ini memiliki dua
tahap, yang pertama adalah proses extrusion yang berkelanjutan dan menghasilkan
barang setengah jadi. Tahap kedua adalah adalah proses blowing yang berlangsung
dalam sebuah siklus dan menghasilkan barang jadi. Kedua proses diatas dapat
dilihat pada bagan dibawah ini.
Proses-proses yang terjadi pada blow
moulding :
§ Cetakan menutup sehingga parison terjepit
oleh cetakan
§ Parison dikembangkan oleh gas
bertekanan tinggi sehingga terdorong ke dinding cetakan dan terbentuk sesuai
dengan bentuk rongga cetakan
§ Produk didinginkan dan
dikeluarkan dari cetakan
Pada
nantinya, kadang akan terbentuk efek-efek
yang tidak dapat dikontorl seperti Efek Barus dan efek Weissenbrg. Kedua
kejadian tersebut dapat terjadi tergantung viskositas dari bahan plastik dan
parameter proses yang terjadi. Sehingga dapat mempengaruhi kualtas produk yang
dihasilkan.
Jenis-jenis dari blow molding
1. Extrusion blow molding
Extrusion
blow molding merupakan tipe blow molding yang paling umum dan sederhana.
Material plastik yang berasal dari bijih plastik yang dilelehkan di masukkan ke
dalam tabung cetakan. Kemudian dari atas tabung, ditiupkan udara bertekanan
kedalam material plastik seperti meniup balon. Sehingga material plastik akan
mengikuti bentuk tabung cetakan, setelah material menjadi dingin. Maka tabung
cetakan dilepas dan terbentuklah sebuah produk plastik berongga.
Extrusin blow molding biasanya
digunakan pada botol shampo, pipa, dan barang-barang industri lainnya seperti
drum.
Material yang digunakan adalah : HDPE,
LDPE, PP, PVC, BAREX®, P.E.T., K Resin, P.E.T.G., and Polycarbonate.
2. Injection blow molding
Injection
blow molding merupakan sebuah proses gabungan antara injection dan blow. Ada 3
tahap dalam proses ini :
a. Tahap pertama adalah, material
lelehan plastik dimasukkan kedalam cetakan.
b.Tahap kedua Cetakan tersebut menghasilkan sebuah parison
yang memiliki sebuah inti.
c. Tahap ketiga, parison yang telah
memiliki inti tersebut dipindahkan ke cetakan berikutnya. Kemudian ditiupkan udara bertekanan menjadi
bentuk yang diinginkan.
Material yang digunakan adalah HDPE,
LDPE, PP, PVC, BAREX®, P.E.T., and Polycarbonate.
3. Stretch Blow Molding
Stretch
blow molding pada umumnya digunakan untuk membuat botol P.E.T yang digunakan
untuk air dalam kemasan. Proses yang digunakan dallam strecth blow molding
adalah sebagai berikut :
a. Material lelehan plastik
dimasukkan kedalam cetakan parison.
b. Parison yang masih lunak kemudian
di stretch menjadi 2 kali lebih panjang.
c. Parison yang telah dua kali lebih
panjang tersebut kemudian ditiupkan udara bertekanan menjadi bentuk yang
diinginkan
Efek Barus
Efek
Barus merupakan salah satu fenomena yang kemungkinan akan terjadi saat proses
blow moulding. Sehingga diperlukan cara untuk mengidentifikasi munculnya efek
barus ini. Salah satu cara mengidentifikasinya adalah dengan melihat ukuran
dari penyemprot extrusion. Semakin kecil ukuran penyemprot extrusion, maka
semakin besar pula efek barus yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena dalam
posisi volume yang tidak berubah, shear rate dari aliran polimer yang melewati saluran extrusion meningkat.
Konsekuensinya adalah meningkatnya derajat viskositas dan pada akhirnya
menyebabkan meningkatnya nilai dari efek barus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar